Sifat Amanah dalam Menarik Rezeki

 

Amanah Dalam Rezeki

Sebagai seorang muslim kita harus amanah mengenai harta, karena harta itu titipan Allah Swt. jangan digunakan untuk bermaksiat, jangan bersikap pelit, dan jangan hanya di simpan saja. Sebab, pada hakikatnya, harta yang kita sedekahkan itulah yang benar-benar akan menjadi milik kita, sedangkan apa yang kita simpan bisa kapan saja hilang, rusak, habis dan hanya akan menjadi warisan belaka. Sebab harta benda tidak bisa kita bawa ke akhirat.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali orang yang menyalahgunakan uang yang dititipkan kepadanya. Kita sering melihat para pejabat terlibat dalam kasus korupsi. Bahkan hal ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang dengan jabatan tinggi, melainkan dengan jabatan yang paling sederhana sekaligus, misalnya ketua RT. Ada saja pungutan liar yang dianggap sah atau biasa.

Hal ini tidak hanya dilakukan oleh para pejabat, melainkan juga didukung oleh para masyarakatnya juga. Misalnya, tanpa diminta masyarakat memberinya "upah" agar beberapa persoalan menjadi mudah. Meskipun hal ini telah dilarang, namun masih saja dianggap lumrah oleh masyarakat kita. Artinya, masyarakat dan pemerintah kita belum siap dengan tata sistem yang bersih dan baik.

Baca juga: Kumpulan Doa-Doa Paling Mustajab

Ilustrasi di atas juga termasuk salah satu ciri dari amanah dalam rezeki. Maksudnya yaitu dapat dipercaya dalam membelanjakan uang, baik uang pribadi, kelompok, maupun uang negara. Berkenaan dengan uang negara, seseorang yang dipercaya ternyata ingkar. Yang semestinya dibelanjakan untuk kebutuhan masyarakat, namun digunakan untuk kebutuhan pribadi.

Dan berkenaan dengan uang (rezeki) pribadi, pembelanjaan uang itu tidak pada semestinya. Dalam rezeki yang diperoleh seseorang, ada hak-hak orang lain yang harus dipenuhi. Misalnya sebagian rezeki untuk orangtua, istri, anak, dan orang-orang yang berhak lainnya.

Namun karena keinginan atas kesenangan pribadi. seseorang itu kemudian membenarkan diri, bahwa membelanjakan uang itu untuk diri sendiri adalah halal. la menganggap bahwa rezekinya adalah usahanya sendiri. Dan terlebih lagi, rezeki itu dibelanjakan dalam hal-hal yang maksiat.

Parahnya, rezekinya dihabiskan dan istri beserta anaknya tidak kebagian. Yang demikian adalah orang-orang yang tidak bisa diamanahi rezeki. Ketika seseorang sudah demikian, bukan tidak mungkin ia akan kehilangan rezekinya. Padahal ini merupakan pintu rezeki bagi istri dan anak-anaknya.

Allah Swt. akan mengalihkan rezeki yang semula dititipkan kepadanya. Misalnya dengan si istri mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, sehingga bisa membantu sang suami untuk memberi nafkah kepada anak-anaknya.

Baca juga: Orang-orang yang Diijabahi doanya

Jika Anda merasa bagian dari orang-orang yang tidak bisa diamanahi rezeki, sebaiknya Anda menyadari dan melakukan perbaikan. Carilah rezeki yang halal dan salurkan rezeki Anda kepada yang berhak. Ambillah sebagian dari rezeki itu untuk diri Anda sendiri secukupnya.

Jika Anda hanya membutuhkan makan tiga kali sehari, maka ambil uang itu untuk Anda sendiri, sehingga cukup untuk makan tiga kali sehari. Jika Anda ingin membeli baju, ambillah secukupnya. Selebihnya, berikan kepada istri atau tabunglah untuk pendidikan anak, dan lain sebagainya.

Dengan cara demikian, lambat laun Anda akan menjadi orang yang amanah dalam rezeki. Bagi siapa saja yang mampu amanah dalam rezekinya, ia akan mendapatkan rezeki yang berlebih. Artinya, Anda akan dikejar oleh rezeki.

Amirul mukminin Ali a.s. berkata, Rezeki itu ada dua jenis, yaitu rezeki yang Anda cari dan rezeki yang mencari Anda. Apabila Anda tidak mendapatkannya, ia akan datang kepada Anda...

Rezeki itu akan senantiasa datang kepada orang-orang yang bersedia amanah dalam rezekinya. Sama halnya ketika berdagang, ketika kita menjadi pedagang yang amanah, orang-orang akan dengan mudah menitipkan barang dagangannya kepada kita, sehingga kita bisa menyisihkan keuntungan untuk diri kita sendiri sebagai penjual.

Baca juga: Dasyatnya Surat Yusuf ayat 4

Namun sebaliknya, jika kita tidak amanah dengan barang-barang titipan itu, tentu penitip barang akan merasa kapok dan bahkan menarik barang-barangnya dari Anda. Mereka akan kecewa, karena pembayaran tidak lancar, jika ditagih menyulitkan, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, amanah dalam rezeki sangatlah penting jika kita menginginkan rezeki yang cukup. Dengan menjaga sikap amanah, rezeki yang kita dapatkan bisa dipastikan akan menjadi rezeki yang halal dan berkah.

Sifat amanah adalah sifat yang dibutuhkan tidak hanya oleh pribadi kita, melainkan juga orang lain kepada kita. Ketika kita amanah, kita akan mendapatkan lebih dari apa yang kita bayangkan. Begitulah Nabi Muhammad saw. berdagang. Dengan sifat amanahnya itu, ia mendapatkan kepercayaan dari seluruh negeri Arab.

Sesungguhnya harta yang benar-benar menjadi miliki manusia itu hanya ada dua. Yaitu: apa yang sudah di makan, dan Apa yang sudah disedekahkan. Harta yang dimakan akan menjadi kotoran, sedangkan harta yang disedekahkan akan kekal menjadi milik kita sampai di akhirat.

Ada pun uang yang disimpan, rumah, mobil, emas dan perhiasan yang dimiliki semua itu bisa pindah dan hilang kapan saja.

Musnahnya harta benda bisa karena banyak sebab. Entah itu karena rusak, karena hilang, ataupun karena kita meninggal sehingga menjadi warisan.

Baca juga: Inilah Alasannya, Kenapa Rezeki Seret dan Masalah Datang Bertubi tubi

Karena itu tidak sepantasnya sebagai seorang muslim begitu pelit dan bangga dengan banyaknya harta yang disimpan, sebab setelah kita mati tidak akan membawa harta benda kecuali amal ibadah yang sudah kita kerjakan di dunia.

Oleh karena itu selagi Allah SWT. masih memberikan kesempatan hidup, maka hendaknya kita pergunakan harta yang sudah dititipkan kepada kita untuk meraih banyaknya pahala. Yakni dengan membiasakan diri untuk bersedekah dan membagikan dari sebagian rezeki di jalan Allah.

Post a Comment for "Sifat Amanah dalam Menarik Rezeki"