Inilah Alasannya, Kenapa Rezeki Seret dan Masalah Datang Bertubi tubi

Apa saja penyebab rezeki seret? Inilah ciri-ciri rezeki seret menurut Islam adalah sebagai berikut:

MENEMPUH JALAN REZEKI YANG DIHARAMKAN

Menempuh jalan yang diharamkan dalam mencari rezeki cenderung mengundang kerusakan, baik kerusakan alam, lingkungan, keluarga, maupun diri sendiri. Satu kerusakan dibuat, kerusakan-kerusakannya lainnya akan menyusul. Satu keharaman dikerjakan, keharaman-keharaman lainnya akan terus diproduksi.

Oleh karena itu, Allah Swt. telah memperingatkan dalam (QS. Ar-Rum [30]: 41).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ 

Latin: zaharal-fasādu fil-barri wal-baḥri bimā kasabat aidin-nāsi liyużiqahum ba'dallażi 'amilu la'allahum yarji'un

Artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

Tafsir: Bila pada ayat-ayat sebelumnya Allah menjelaskan sifat buruk orang musyrik Mekah yang menuhankan hawa nafsu, melalui ayat ini Allah menegaskan bahwa kerusakan di bumi adalah akibat mempertuhankan hawa nafsu. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut, baik kota maupun desa, disebabkan karena perbuatan tangan manusia yang dikendalikan oleh hawa nafsu dan jauh dari tuntunan fitrah. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan buruk mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar dengan menjaga kesesuaian perilakunya dengan fitrahnya.

Hingga kini kita bisa melihat bagaimana kerusakan demi kerusakan telah dibuat oleh tangan manusia, sehingga berakibat pada manusia lainnya. Penebangan hutan, penambangan yang tidak aman, perusakan biota laut, dan lain sebagainya. Kerusakan itu terus-menerus terjadi dan diproduksi.

Hal-hal yang demikian ini telah diharamkan oleh Allah Swt.. Ketika alam dirusak, lambat laun kandungannya akan habis dan tidak bisa diproduksi kembali. Pada akhirnya tidak bisa lagi mencari rezeki, karena telah dirusak oleh manusia. Bahkan, untuk generasi selanjutnya telah dihabisi. Sikap serakah ini berdampak buruk bagi generasi selanjutnya. Artinya, pintu rezeki telah ditutup, baik untuk dirinya sendiri maupun generasi setelahnya.

Baca juga: Dasyatnya Surat Yusuf ayat 4 untuk pengasihan dan pemikat wanita 

Sementara itu, Allah Swt. telah menyediakan berbagai persediaan alam untuk kebutuhan manusia, namun seharusnya dikelola dengan baik dan dengan amal-amal yang baik pula. Selain itu, ada oknum-oknum yang berusaha menguasai alam untuk dirinya sendiri, sementara Allah Swt. menciptakannya untuk seluruh makhluk di bumi ini. Hal ini tercantum dalam (QS. Al-Mu'minun [23]: 51). 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:

يٰٓاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًاۗ اِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ۗ 

Latin: yā ayyuhar-rusulu kulū minat-tayyibāti wa'malū ṣāliḥā, inni bimā ta'malūna 'alim

Artinya: "Allah berfirman, "Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Tafsir: (Hai Rasul-rasul! Makanlah dari makanan yang baik-baik) makanan-makanan yang halal (dan kerjakanlah amal yang saleh) amal-amal yang fardu dan sunah. (Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan) maka kelak Aku akan memperhitungkannya atas kalian.

Secara tersirat ayat di atas menunjukkan perintah kepada manusia, karena manusia merupakan khalifah di bumi. Manusia diperintahkan untuk memakan makanan yang baik (dan halal) dan dengan cara-cara yang baik pula. Allah Swt. akan senantiasa mengawasi apa yang kita kerjakan. Setiap pekerjaan akan mendapatkan balasannya.

Mengenai cara-cara mencari rezeki yang diharamkan tersebut, merupakan langkah-langkah yang merupakan godaan setan. Sementara kita tahu, bahwa setan adalah musuh yang nyata bagi kita.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ 

Latin: yā ayyuhan-nāsu kulū mimmā fil-arḍi halalan khuṭuwatisy-syaiṭān, innahu tayyibaw wa la tattabi'u lakum 'aduwwum mubin

Artinya: "Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 168)

Tafsir: Ayat berikut ini turun tentang orang-orang yang mengharamkan sebagian jenis unta/sawaib yang dihalalkan, (Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dari apa-apa yang terdapat di mukanbumi) halal menjadi 'hal' (lagi baik) sifat yang memperkuat, yang berarti enak atau lezat, (dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah) atau jalan-jalan (setan) dan rayuannya (sesungguhnya ia menjadi musuh yang nyata bagimu) artinya jelas dan terang permusuhannya itu.

Pelajari Rahasia Keutamaan Surat Al-Baqarah dan Cara Mengamalkannya

Langkah-langkah setan yang dimaksud pada ayat di atas adalah langkah-langkah yang diharamkan. Setan adalah pembangkang perintah Allah Swt., dan ketika kita mengikutinya, tidak lain kita adalah pengikut para pembangkang. Di sisi lain, rezeki datangnya dari Allah Swt., dan ketika membangkang, tentu rezeki yang seharusnya datang kepada kita akan berbelok arah.

MENUNTUT SUAMI BERBUAT PEKERJAAN TERLARANG

Terkadang, ada penghasilan suami yang pas-pasan atau bahkan cenderung kurang. Bagi yang pandai mensyukuri dan selalu berpikir kreatif, tentu hal ini bisa disiasati. Namun bagi istri yang konsumtif dan kurang bersyukur, pekerjaan suami hanya akan menjadi olok-olokannya. Hal yang dilakukannya kemudian yaitu meminta suaminya untuk melakukan pekerjaan terlarang atau haram.

Baca juga: Betapa Dahsyatnya Surat Al Waqiah untuk Kesuksesan Bisnis dan Karir

Tidak hanya yang berpenghasilan pas-pasan. Pasangan dengan penghasilan berlebih pun terkadang melakukannya. Bukan karena tidak cukup untuk kehidupan sehari-hari, namun lebih pada pemenuhan kebutuhan posisi di masyarakat atau life style. Kita kerap melihat pajabat dengan gaji yang tinggi tetapi masih melakukan korupsi. Berbagai alasan diungkapkan demi pembenaran perbuatannya. Entah dilakukan sendiri oleh suami maupun atas dorongan istri, hal ini tetap diharamkan.

Peringatan mengenai hal ini telah disampaikan oleh Allah Swt. dan Nabi Muhammad saw.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ 

Latin: yā ayyuhallażina āmanu inna min azwājikum wa aulādikum 'aduwwal lakum faḥżarūhum, wa in ta'fu wa taṣfaḥū wa tagfirū fa innallāha gafūrur rahim

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. At-Taghabun 64: Ayat 14)

Tafsir: (Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istri kalian dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka berhati-hatilah kalian) janganlah kalian menaati mereka sehingga menyebabkan kalian ketinggalan tidak mau melakukan perbuatan yang baik, seperti berjihad dan berhijrah. Karena sesungguhnya latar belakang turunnya ayat ini adalah karena menaatinya (dan jika kalian memaafkan) mereka yang telah memperlambat kalian untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, karena alasan bahwa mereka merasa berat berpisah dengan kalian (dan tidak memarahi serta mengampuni, mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). 

Sementara peringatan dari Nabi Muhammad saw. telah disampaikan jauh-jauh hari sebelum kita dalam hadisnya berikut:

Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak peduli apa yang dia ambil, apakah dari hasil yang halal atau yang haram. (Sahih, HR. Al-Bukhari dan An-Nasa'i dari hadis Abu Hurairah, Sahih At-Targhib no. 1722)

Pada ayat di atas, kita diingatkan bahwa orang-orang yang kita sayangi bisa berbalik menjadi musuh-musuh kita, jika kita tidak dapat membimbing mereka dengan baik. Bukan semata-mata kesalahan mereka, jika istri dan anak menjadi musuh, kesalahan itu bisa jadi dari diri kita sendiri. Misalnya kita memberikan makanan halal, tetapi bercampur dengan rezeki yang syubhat dan haram. Hal ini tidak menutup kemungkinan, mereka akan menuntut kita untuk mengulang hal-hal serupa yang diharamkan.

Kuncinya adalah pada diri suami itu sendiri. Ketika ia bisa mendidik dan mengontrol anggota keluarganya dengan baik, ia dapat menyelamatkan diri dan keluarganya. Poin ini menjadi nasihat dari Nabi Muhammad saw. dalam hadisnya di atas.

Baca juga: Tata Cara Serta Niat Mandi Junub atau Wajib

Pada masa ini, ketika kebutuhan semakin banyak, zaman memanjakan kita, harga-harga kian melambung, tuntutan tidak lagi terbendung, berbagai cara diupayakan demi mendapatkan rezeki. Namun tidak sedikit dari mereka yang menghalalkan segala cara, termasuk cara-cara yang diharamkan. Begitu pula dengan istri dan anak-anak mereka yang mendorong untuk melakukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

Dalam konteks ini, istri dan anak-anak mengajak berbuat maksiat yang dapat menutup pintu rezeki. Jika hal ini terjadi dalam sekali waktu, selanjutnya akan terjadi lagi.

Para istri sebaiknya mampu mencontoh istri orang-orang saleh terdahulu yang selalu berpesan kepada suaminya ketika keluar rumah.

"Jauhi olehmu penghasilan yang haram, karena kami mampu bersabar atas rasa lapar tetapi kami tidak mampu bersabar atas neraka.” (Mukhtashar Minhajul Qashidin)"

Peran suami dalam mendidik dan mengontrol keluarga sangat dibutuhkan. Dan bagi para suami, Anda tidak perlu takut tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, karena Allah Swt. tidak menuntut Anda dengan standar tertentu.

Tugas suami selanjutnya adalah menyadarkan kepada istri dan anak agar ikhlas menerima rezeki yang telah diusahakannya. Senantiasa mengajak mereka bersyukur akan menjadikan pintu rezeki terbuka dengan sendirinya.

Post a Comment for "Inilah Alasannya, Kenapa Rezeki Seret dan Masalah Datang Bertubi tubi"