Kewajiban Suami Istri dalam Rumah Tangga menurut Islam

 

MEMBAHAGIAKAN ISTRI

Bagi suami, membahagiakan istri adalah suatu kewajiban. Akan tetapi, yang harus dimengerti oleh istri adalah kadar antar suami itu berbeda-beda. Tidak bisa disamakan kadar membahagiakan suami Anda dengan suami tetangga. Istri tentu tidak bisa membandingkannya. Sementara itu, barangkali apa yang dilakukan istri tetangga juga melebihi apa yang Anda lakukan.

Tidak ada standar khusus dalam membahagiakan istri dalam Islam. Hal ini sangat tergantung pada kebutuhan masing-masing. Istri pejabat akan bahagia jika berlibur ke luar negeri, namun istri Anda barangkali cukup bahagia dengan jalan-jalan di taman dan makan bersama.

Membahagiakan istri cukup dengan kemampuan masing-masing suami. Sebagaimana Allah Swt. memberikan rezeki kepada Anda, begitulah standar Anda akan membahagiakan istri.

Yang perlu dicatat kemudian, yaitu tidak perlu berlebihan dalam membahagiakan istri. Namun jika Anda mampu, berilah kebahagiaan sesuai kemampuan Anda.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:

لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِّنْ سَعَتِهٖۗ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهٗ فَلْيُنْفِقْ مِمَّآ اٰتٰىهُ اللّٰهُ ۗ لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا مَآ اٰتٰىهَاۗ سَيَجْعَلُ اللّٰهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُّسْرًا
Artinya: "Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan." (QS. At-Talaq 65: Ayat 7)

Melalui ayat di atas, Allah Swt. ingin menyampaikan kepada kita, jika kita merasa bahwa rezeki kita tidak banyak, janganlah khawatir akan habis rezeki Anda tersebut jika digunakan untuk membahagiakan istri. Jika istri anda merasa bosan di dalam rumah dan membutuhkan jalan-jalan, maka ajaklah ia jalan-jalan, meskipun anda dan istri anda tahu bahwa kondisi perekonomian sedang minim.

Baca juga: Inilah Pentingnya Doa Seorang Istri

Dengan kebahagiaan itu, Allah Swt. berjanji akan memberikan kelapangan kepada kita. Sebab, istri yang bahagia yaitu sebagai berikut.

  1. Dipenuhi rasa syukur. Rasa syukur akan mendorong datangnya rezeki dari berbagai pintu.
  2. Senantiasa mendoakan suaminya. Istri akan sangat menghargai kerja suami mekipun hasilnya tidak seberapa. Dengan doa-doa yang dipanjatkan oleh istri, Allah akan mempermudah rezeki suami.
  3. Menjadi partner yang menyenangkan bagi suami. Istri akan mampu membuat suami tenang dalam mencari rezeki untuk keluarga.
  4. Menjadi pendukung utama suaminya. Ketika suami brusaha semampunya untuk membahagiakan istri, istri juga akan berusaha membahagiakan suaminya dalam berbagai kondisi.
  5. Dapat diandalkan suaminya untuk mendidik anak-anaknya. Istri yang bahagia cenderung tidak menganggap pekerjaan rumah sebagai beban, termasuk dalam mendidik anak-anak.

Kebahagiaan seorang istri akan memancarkan aura positif tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan juga bagi keluarga. Dengan kebahagiaannya itu, ia akan dengan senang hati mengerjakan berbagai tugas-tugas rumah tangga, bahkan lebih dari apa yang diharapkan oleh suami. Selain itu, ia akan menjadi salah satu pintu rezeki.

TAAT KEPADA SUAMI

Allah telah melebihkan beberapa hal kepada suami melebihi istri, bahwa suami lebih kuat karena bisa melindungi istri dan anaknya, suami pencari nafkah untuk keluarganya, suami lebih pemberani, suami memiliki sikap kepimimpinan, dan lain sebagainya. Karena kelebihan itu, Allah Swt. memerintahkan setiap istri untuk taat kepada suaminya.

Ketaatan itu akan mampu membuat suami merasa nyaman dan tenang ketika ia meninggalkan rumah untuk bekerja, sehingga sang suami dapat bekerja dengan baik untuk menghidupi keluarganya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗوَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا 
Artinya: "Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 34)

Baca juga: Inilah Alasannya, Kenapa Rezeki Seret dan Masalah Datang Bertubi tubi

Ketaatan yang dimaksud tidak hanya secara fisik melayani suami, tetapi juga diharapkan mampu tidak berbuat curang kepada suami serta dapat memelihara rahasia dan harta suaminya. Jika istri dapat melakukan hal tersebut, maka Allah Swt. mewajibkan kepada suami untuk mempergauli istrinya dengan baik. Namun perintah tersebut tidak berlaku jika istrinya berbuat curang dan tidak dapat dipercaya.

Kepercayaan yang ditekankan dalam ayat di atas yaitu istri tidak melakukan nusyuz, yaitu meninggalkan kewajiban bersuami istri. Misalnya istri meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.

Akan tetapi, ketaatan istri juga ditentukan oleh sang suami. Apakah suami layak ditaati? Suami juga harus mampu berkaca pada dirinya sendiri. Namun jika sang suami adalah sosok yang layak ditaati, maka suami harus memberikan pengertian dan pelajaran kepada istri tentang nasihat-nasihat yang baik, baik tentang kehidupan dunia, ketaatan kepadanya, dan juga kehidupan agama.

Ketaatan istri kepada suami juga bisa dibuat kesepakatan dan tidak harus sama dengan orang lain. Misalnya seseorang mewajibkan istri membuatkan kopi setiap pagi, namun jika Anda tidak membutuhkannya, dapat dibuat kesepakatan tentang hal-hal apa saja yang harus ditaati oleh istri. Misalnya ketika istri bekerja di luar rumah, suami sudah ikhlas dan rida, maka tidak perlu istri meminta izin setiap hari untuk keluar rumah.

Baca juga: Kunci kebahagiaan rumah tangga dalam Islam

Artinya, di luar ketaatan istri kepada suami yang diatur oleh agama Islam, keduanya dapat saling bersepakatan, sehingga memicu lahirnya kondisi yang harmonis dalam keluarga.

Jangan pernah membanding-bandingkan perlakukan suami Anda dengan suami tetangga. Hal itu justru akan memicu lahirnya sifat-sifat iri yang akan merugikan Anda sendiri. Belum tentu kehidupan tetangga seperti yang Anda lihat. Oleh sebab itu, taatlah kepada suami Anda, sehingga Anda merasakan kebahagiaan yang diharapkan.

Post a Comment for "Kewajiban Suami Istri dalam Rumah Tangga menurut Islam"